5 perilaku aneh serangga, termasuk hubungan sesama jenis

Serangga adalah spesies paling umum di dunia. Menurut Smithsonian, jumlah spesies yang diketahui hampir 900.000, sedangkan jumlah spesies sebenarnya diperkirakan jutaan. Tentu saja, keanekaragaman dunia serangga luar biasa untuk spesies ini.

Misalnya secara budaya. Ada banyak jejak serangga yang unik dan Anda tidak akan pernah tahu jika Anda mencari makanan, jodoh, atau hal lainnya. Berikut adalah lima contoh perilaku spesifik berbagai spesies serangga.

1. berkedip serempak

Perlu Anda ketahui bahwa petugas pemadam kebakaran adalah serangga yang mampu menghasilkan cahaya. Tapi tahukah Anda bahwa mereka bisa bersinar dalam kerjasama? National Garden Service mengklaim bahwa Photinus carolinus menghasilkan cahaya dengan cara unik untuk menarik perhatian pasangan.

Petugas pemadam kebakaran biasanya terbang saat berkedip. Di sisi lain, alat pemadam dipasang di tempat dan merespons dengan cahaya yang sama. Gambar yang berkedip mungkin berkedip dalam video di atas dan berinteraksi satu sama lain.

2. Sesuaikan dengan hati-hati

Di sisi lain, Thaumetopoea pityocampa unik dalam hal larva. Seperti yang ditunjukkan gambar, tahi lalat dapat disejajarkan dan disentuh di antara kepala dan ekor. Mereka tinggal di sarang pohon dan turun pada malam hari serta berbaris sesuai dengan pohon yang mereka makan.

Pagi-pagi sekali, kupu-kupu berkumpul dan kembali ke sarangnya. Menurut penelitian kehutanan, kupu-kupu ini memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap hutan kayu. Selain itu, berbahaya bagi manusia karena rambut tipisnya dapat menimbulkan rasa gatal dan iritasi. Tetapi ketika mereka berubah menjadi parasit, mereka tidak berbahaya.

3. Pertanian

Beberapa serangga juga memiliki kebiasaan makan yang khusus. Salah satunya adalah semut pemotong daun (genus Acromyrmex dan Atta). Tidak seperti kebanyakan hewan yang mengikuti makanan hewani atau nabati, semut ini menanam makanannya sendiri, yaitu J. Jamur Anda. Ya, semut ini bisa dibilang berperilaku seperti petani.

Seperti namanya, semut ini suka memotong daun. Namun daunnya tidak dimakan, melainkan dijadikan jamur untuk jamur. Jamur akan menjadi makanan Anda, termasuk ratu semut dan larva semut.

4. Partisipasi dalam hubungan sesama jenis

Bukan rahasia lagi bahwa perilaku homoseksual adalah ciri umum kerajaan hewan, terutama hewan dan burung. Bagaimana dengan serangga? Perilaku homoseksual pada serangga telah terbukti cukup umum, tetapi tidak sesering hewan dan burung.

Menurut ilmu kehidupan, hubungan antara kedua serangga ini umumnya berubah dengan cepat. Ini karena serangga harus segera memanfaatkan kesempatan untuk menikah, dan terkadang mereka tiba-tiba bertemu orang dengan jenis kelamin yang sama. Kecelakaan juga termasuk fakta bahwa pria dan wanita sangat mirip.

Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa serangga betina cenderung bekerja lebih “sukarela”, yang tidak disengaja. Namun, karena perilaku homoseksual perempuan terjadi secara teratur di laboratorium dan bukan di alam, salah satu pemicunya mungkin adalah kecemasan yang disebabkan oleh lingkungan yang terisolasi.

5. Pertahankan game Anda di rumah.

Praktik ini tampaknya kejam dan mengejutkan. Perisceptis karnivora suka membuat limbah perburuan rumah tangga. Mereka memiliki kebiasaan ini saat menjadi larva.

Menurut laporan ilmiah harian, dermaga tersebut menghasilkan plastik tempat larva hidup. Bagian belakang tas menempel pada daun dan ujung lainnya terbuka untuk larva masuk dan keluar. Dalam panduan ini, larva hama menangkap semua metode perburuan.

Larva wabah dipercaya menghasilkan bahan kimia yang menarik mangsa. Serangga yang memburu larva ini adalah serangga seperti lalat, kumbang, belalang, semut, semut, dll. Usai memakan korban, larva hama tersebut mengikat sisa-sisa korban di saku mereka. Itu juga menakutkan!

Baca Juga : Serangga Menuju Kepunahan, Ekosistem Alam Akan Kacau

Serangga Menuju Kepunahan, Ekosistem Alam Akan Kacau

Kehadiran serangga penting untuk ekosistem planet bumi. Mereka ialah penyerbuk, pengatur hama, pengurus sampah. Disamping itu, serangga ialah makanan untuk beberapa burung, reptil, mamalia, dan ikan. Bila didiamkan, raibnya serangga akan berpengaruh benar-benar serius pada kehidupan setiap hari secara nyaris tidak terpikirkan, terhitung pada manusia.

Remuknya ekosistem dan komunitas serangga bisa disimpulkan musibah untuk kelangsungan makhluk hidup di bumi terhitung manusia yang dihubung-hubungkan dengan proses kemusnahan massal.

Baca Juga : Serangga Bisa Menjadi Makanan Darurat Di Masa Krisis

“Kita alami kemusnahan massal ke enam di bumi. Bila kita merusak serangga yang disebut landasan ekosistem, karena itu kita merusak seluruh hewan yang lain tergantung kepadanya selaku sumber makanan,” tutur Bayo diambil dari situs University of Sidney.

“Itu membuat remuk semua, dan itu kenapa kami berpikir ini ialah kenyataan.”

Seirama dengan kecemasan Bayo, Don Sands, pakar entomologi dan pensiunan Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran di Australia, menyebutkan jika dampak pengurangan serangga benar-benar mencemaskan dan beresiko karena benar-benar memengaruhi ekosistem makhluk hidup keseluruhannya.

“(Serangga ialah) makhluk kecil yang jalankan dunia,” kata Sand untuk memvisualisasikan begitu keutamaan kehadiran mereka.

Perubahan Cuaca Berpengaruh Terhadap Ekosistem Serangga

Di wilayah tropis seperti Asia Tenggara, terhitung Indonesia, factor perombakan cuaca benar-benar punya pengaruh untuk ekosistem serangga. Bermacam riset mengenai turunnya komunitas serangga, kembali mengingati dengan keras jika manusia harus pikirkan ulangi praktek pertanian yang serba menggunakan pestisida, dan mengubahnya ke praktek yang lebih ramah lingkungan. Restorasi habitat, seperti menanam bunga supaya mengundang serangga penyerbuk, di rasa perlu untuk menolong membendung pergerakan pengurangan komunitas serangga.

Sesungguhnya, laporan berkenaan pengurangan komunitas serangga bukan hal baru. Pada 2017, laporan Caspar Hallman dari Radboud University di Belanda dan beberapa rekannya mendapati jika komunitas serangga terbang di cagar alam di Jerman turun lebih dari 75 % sepanjang 27 tahun akhir. Laporan ini bahkan juga dapat lebih mencemaskan dari penemuan Bayo dan Wyckhuys yang menyebutkan pengurangan serangga bahkan juga masih berlangsung di teritori cagar alam yang relatif bebas dari manusia.

Brad Lister, profesor biologi di Rensselaer Polytechnic Institute, Amerika Serikat, berikan teguran yang serupa. Di rimba hujan Luquillo di Puerto Rico, komunitas serangga yang menjadi makanan burung sudah turun mencolok dalam 35 tahun akhir. Seputar 98 % serangga yang tinggal di darat, sudah musnah. Sedang serangga yang hidup di dahan dan dedaunan, 80 prosentasenya telah raib. Menurut Brad, pemicu khusus keadaan ini ialah pemanasan global.

“Kita betul-betul merusak penunjang kehidupan yang menolong manusia dan makhluk hidup lain masih berada di planet ini,” tutur Brad pada The Guardian. “Rasanya menakutkan menyaksikan bagaimana manusia merusak alam semacam ini.”

Kiamat Ke Enam Semakin Dekat?

Bumi dan didalamnya pernah merasakan 5 kali kemusnahan massal. Kemusnahan massal pertama berlangsung pada masa Ordovician seputar 445 juta tahun lalu. Pada masa pertama ini, kemusnahan berasal dari pendinginan global dan pengurangan muka air laut yang membunuh 85 % spesies di bumi.

Kemusnahan ke-2 berlangsung seputar 340 juta tahun kemarin waktu masa Devonian. Sebab jatuhnya asteroid dan pendinginan global, seputar 70 % spesies musnah.

Sedang kemusnahan ke-3 berlangsung diakhir zaman Permian, seputar 251 juta tahun kemarin. Pemicunya dipacu oleh erupsi di seputar Siberia, yang menyembur CO2, dan berbuntut terciptanya gas rumah kaca, naiknya metana dan temperatur bumi, dan udara yang beracun. Periset mengatakan selaku “the great dying”, yang mengakibatkan 96 % spesies di bumi musnah dan mengakibatkan kehidupan di bumi hampir usai.

“Peristiwa ini membuat kehidupan mundur kembali sepanjang 300 juta tahun,” tutur Rolf Schmidt, paleontologis Melbourne Museum.

Naiknya kandung metana dan CO2 memulai masa kemusnahan ke-4 di masa Triassic pada 200 juta tahun lalu. Tingkat kematian spesies capai 76 %. Kemusnahan ke-5 berlangsung 65 juta tahun kemarin, dengan tingkat kemusnahan 80 % dari spesies. Peristiwa ke-5 yang berasal dari jatuhnya asteroid, rutinitas vulkanik, dan berkurangnya permukaan air laut berikut yang mengakibatkan dinosaurus musnah.